Dahulu kala, saat khilafah islamiyah menguasai hampir sepertiga tanah di
bumi, pasukan mereka dikenal sebagai pasukan yang tangguh. Orang-orang
Byzantium kurang lebih mengatakan bahwa pasukan Muslim tidur paling sedikit dan
bangun lebih awal, sehingga pasukan Byzantium selalu kewalahan menghadapi
pasukan Muslim. Orang-orang Persia terkejut mereka dapat dikalahkan pasukan
‘miskin’ karena begitu solidnya, sampai-sampai bejana air yang jatuh ke sungai
saja, dicari oleh semua pasukan, apalagi jika satu orang di antara mereka
dibunuh, betapa besar kemarahan yang dibayangkan.
Pasukan yang dipimpin
Khalid bin Walid terus melaju tak terkalahkan hingga menguasai Persia dan
Negeri Syam. Begitu juga saat pasukan pimpinan Shalahuddin al-Ayyubi merebut
kembali Al-Quds (Palestina) dari tangan orang-orang Nasrani. Jangan lupakan
Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel, sebuah negeri yang tak
terkalahkan berabad-abad lamanya, temboknya tak bisa ditembus berabad-abad
pula.
Ada sesuatu yang
identik di antara kemenangan demi kemenangan yang meluaskan wilayah Islam
beberapa abad silam tersebut. Mereka beriman dan bertakwa kepada Allah, mereka
percaya bahwa Allah-lah yang menjanjikan kemenangan dan Allah tak mungkin
ingkar janji. Namun di luar itu, dapat disimpulkan ada tiga kuncinya; mereka
menghindarkan diri dari maksiat, mereka ingin mati di jalan Allah, dan mereka
bangun pagi. Pejuang tangguh adalah yang bangun paling pagi, dan akan semakin
tangguh di kala ia sabar membangunkan teman-temannya untuk beribadah.
Menghindarkan diri dari
maksiat, akan menghilangkan batas-batas penghalang kita kepada Allah. Doa yang
niscaya terkabul, pertolongan yang tiada habisnya dari Allah azza wa jalla, dan
hati yang bersih karena tak ada bekas kekotoran maksiat di dalamnya. Tidak
meninggalkan apa yang menjadi kewajibannya walau dalam keadaan darurat, walau
bahaya mendekati, dan kesulitan menghimpit. Maksiat akan mengotori hati,
mengotori jiwa dan membuat doa-doa kita terhalang untuk dikabulkan. Maka
seyogianya, para pengemban dakwah jangan sampai mendekati atau malah melakukan
maksiat sekecil apapun dan walau hanya sekejap. Karena ini akan berdampak pada
gagalnya syiar Islam dan lebih besarnya akan mendatangkan kerusakan dalam
jamaah. Segeralah kembali kepada Allah, bertobat pada-Nya, dalam kealpaan jika
terlanjur bermaksiat.
Di antara kunci kedua
adalah, pasukan Islam senantiasa ingin mati di jalan Allah. Mereka ingin
menjadi syuhada yang tanpa dihitung
amalan-amalannya, Allah meridhoinya memasukan ke surga-Nya. Maka semangat
mereka bukan semangat gengsi, melainkan semangat yang didukung hati, jiwa, dan
panggilan agama Allah. Inilah yang membuat pasukan kafir takut, lari tunggang
langgang, ibarat debu yang tersiram air.
Namun kita akan bahas
kunci yang ketiga, pekerjaan yang sepertinya kita kerjakan sehari-hari, namun
luput dari perhatian pemuda Muslim pada umumnya. Tak ada yang mampu membunuh
produktivitas selain bangun kesiangan untuk memulai aktifitas. Atau bangun dan
hanya memiliki waktu yang hanya cukup untuk memakai pakaian semrawut dan segera
berlarian untuk kuliah atau bekerja. Tiba di kampus atau dikantor dengan panik
dan otak mumet. Tetiba sudah tengah hari, harus sholat dzuhur tapi mata tak
bisa diajak kompromi, perut pun kracak-krucuk.
Masalahnya adalah, memiliki waktu 2-5 jam yang benar – benar bisa dimanfaatkan
untuk segala hal bermanfaat, namun dihabiskan untuk tidur. Kapankah waktu-waktu
berharga itu? Yaitu waktu subuh. Ini adalah waktu yang diberkahi. Bahkan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan waktu pagi bersamaan dengan waktu yang
dikhususkan lainnya.
"Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak akan berlebih-lebihan seseorang dalam agama kecuali agama akan mengalahkannya, maka tepatkanlah, dekatkanlah, dan bergembiralah, minta bantuanlah dengan (melaksanakan ketaatan) di waktu pagi, sore, dan sebagian malam hari" (HR. Bukhari)
Tak sedikit orang yang mengatakan
bahwa saat pagi adalah keadaan dimana lebih mudah menyerap pelajaran dan lebih
nyaman beraktifitas. Karena keadaan tubuh masih fresh dan udara masih sejuk. Pagi adalah waktu paling produktif,
dimana segala sesuatunya masih hening dan kita merasa ada sesuatu yang beda
pada waktu pagi dengan waktu-waktu lainnya. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa bagi umatnya agar
diberkahi di waktu pagi. Diriwayatkan dari
Shakhr bin Wadaa'ah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alahi wa
sallam bersabda :
"Ya Allah, berkahilah umatku di pagi harinya! "Dan Rasulullah jika mengirim pasukan perang maka beliau mengirimnya di pagi hari, dan Shakhr dahulu adalah seorang pedagang, dan dia mengirim barang dagangannya di pagi hari , sehingga dia menjadi kaya dan banyak harta.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Masih
banyak keistimewaan yang diberikan Allah di waktu pagi. Ibnu Hajar al-Atsqalani
berkata, "Sesungguhnya dikhususkan waktu
pagi dengan keberkahan karena waktu pagi adalah waktu kegiatan".[1] Tidaklah diragukan lagi,
waktu pagi memang diperuntukkan bagi orang-orang yang tangguh.
Namun semua keutamaan itu tidak
didapatkan bagi orang yang kesiangan, atau orang yang tidak memanfaatkan
paginya dengan baik. Mereka tidak akan merasakan manfaat luar biasa dari waktu
pagi, waktu penuh inspirasi dan ketenangan tiada tara. Justru mereka merasakan
kegelisahan, keterburu-buruan, dan tidak terlalu bersemangat menjalani harinya.
Hanya karena mereka tak bisa memanfaatkan karunia Allah berupa waktu pagi yang
luar biasa. Bangun lebih dulu, dan bangunkan orang lain. Itu juga namanya
berdakwah.
“Wahai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu, agungkanlah! Dan pakaianmu, bersihkanlah! Dan perbuatan dosa, tinggalkanlah! Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak” (QS. Al-Muddatstsir: 1-6).
Oleh karena itu, pemuda Muslim pada
umumnya, dan pengemban dakwah khususnya harus bisa bangun pagi dan memanfaatkan
pagi sebaik mungkin. Paling tidak, jangan sampai telat sholat subuh, sholat
subuh harus tepat waktu dan berjamaah di masjid bagi pria.
Tidaklah sulit untuk bangun pagi,
namun tidak bisa pula kita mengatakan bahwa bangun pagi itu mudah. Terlebih,
memanfaatkan waktu pagi umumnya hanya dilakukan oleh orang-orang yang memang
terbiasa memanfaatkan paginya untuk hal-hal bermanfaat. Cobalah untuk tidur
lebih awal agar bisa bangun lebih awal pula. Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam selalu mencontohkan untuk tidur
setelah sholat ‘isya. Beliau tidak pernah membicarakan hal tidak penting (di
luar kepentingan agama dan umat) setelah sholat ‘isya, dan beliau memilih
pulang ke rumah dan langsung tidur. Dengan tidur lebih awal, kita akan bangun
lebih awal dan pastinya lebih segar pula. Tinggalkanlah hal-hal yang tidak
terlalu penting, dan lebih bermanfaat jika beraktivitas atau melakukan sesuatu
yang bermanfaat di pagi hari.
Jika telah berhasil bangun pagi atau
bahkan lebih awal lagi, kita belum bisa dikatakan berhasil, karena Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sebelum kalian tidur, setan mengikat dengan tiga ikatan pada belakang kepada setiap diri kalian. Dia menghembuskan kata – kata pada setiap ikatan, “malam masih panjang, jadi tetaplah tidur”. Jika seseorang bangun dan bersyukur pada Allah, satu ikatan akan lepas, dan ketika dia berwudhu, satu ikatan akan lepas, dan ketika dia sholat, satu ikatan akan lepas kembali dan dia akan mendapatkan pagi yang bersemangat dan dalam hati yang senang, jika tidak dia akan bangun dengan melakukan perkara tersebut, dia akan bangun pagi dalam keadaan hati yang buruk dan malas” (HR. Bukhari).
Jadi masih ada setan si “tukang tali” yang mengikat manusia untuk menghalanginya bangun dari tidur. Membisikkan kenikmatan, sehingga saat kita melihat bantal, sudah seperti melihat taman surga. Bukan sebuah kejutan jika setan selalu mencoba untuk mencegah kita dari bekerja dan beribadah semata untuk Allah serta senantiasa mencegah kita untuk memanfaatkan pagi yang produktif. Namun, alhamdulillah, kita dianjurkan “mengangkat senjata” untuk melawan bisikannya. Bersyukur kepada Allah dengan berdoa, “alhamdulillahi alladzi ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin nushuur (segala puji dan terima kasih hanya untuk Allah yang maha memberi kehidupan dan kematian dan kepada-Nya-lah kami akan dibangkitkan).” Jangan lupa untuk berwudhu’ setelah bangun dan setelah itu menunaikan sholat. Alangkah lebih baik jikalau bangun di sepertiga malam, mengadu kepada Allah atas keluh kesah dan semua yang telah dilalui dalam sehari yang lelah. Setelah selesai sholat, jangan biarkan diri kita untuk kembali berbaring, karena itu memberi peluang bagi tubuh untuk tidur kembali. Ingat, banyak bisikan dan godaan setan yang tak pernah menyerah menggoda kita. Percikkan air dingin ke wajah, tilawah qur’an atau minumlah beberapa gelas air sambil menunggu waktu subuh tiba.
Sholat subuh selesai, lanjutkan dengan aktifitas manfaat lainnya. Ada baiknya melanjutkan tilawah qur’an atau bisa juga muroja’ah (mengulang hapalan) kita, agar ayat-ayat yang telah kita hapal tidak hilang begitu saja. Muroja’ah di waktu pagi sangatlah efektif karena memang saat itu otak masih dalam keadaan fresh dan belum mendapat beban yang akan didapat selama beraktivitas di siang hingga sore atau bahkan malam hari.
Setelahnya bisa berolahraga ringan, pemanasan atau hal apapun yang bisa menggerakkan otot dan organ-organ tubuh kita agar tak kaku dan lebih siap beraktivitas nantinya. Sesekali lakukan olahraga yang agak berat, seperti berlari dan sebagainya. Lakukanlah jika di hari libur, karena jika dilakukan di hari kerja, justru akan membuat kelelahan dan rasa kantuk akan menyerang saat beraktivitas.
Jangan pula kita lupakan sholat dhuha. Kita dapat lakukan sholat dhuha 20-45 menit setelah matahari terbit. Shalat dhuha sering luput dari perhatian para pemuda Muslim. Karena waktunya yang bertepatan dengan mulainya aktivitas. Padahal tak butuh waktu lama untuk mengerjakannya. Dua rakaat sudah cukup, yang penting kita konsisten dalam mengerjakannya.
“Pada setiap pagi, tiap-tiap sendi tubuh Bani Adam harus bersedekah. Setiap tasbih bisa menjadi sedekah. Setiap tahmid bisa menjadi sedekah. Setiap tahlil bisa menjadi sedekah. Setiap takbir bisa menjadi sedekah. Setiap amar ma’ruf nahi munkar juga bisa menjadi sedekah. Semua itu bisa digantikan dengan dua rakaat yang dilakukan pada waktu Dhuha.” (HR. Muslim)
Setelah membaca hadis tersebut,
masih sudikah kita meninggalkan shalat dhuha?
0 comments:
Post a Comment