Cinta itu
makhluk-Nya yang tak berwujud. Kehadirannya tak pernah dinyana, namun tiba-tiba
terasa ada kekuatan yang mengalir dalam tubuh, merapat ke hati sesiapa yang
didatanginya.
Cinta itu ilmu
terapan, bukan teori. Seringkali ilmu terapan sulit dijelaskan oleh teori,
namun mudah dilakoni dengan baik, hingga rampung seperti apa yang diinginkan. Begitulah
cinta, meski tak pernah bisa dijelaskan dengan baik oleh ilmuwan sekalipun,
ianya begitu mudah diungkapkan, atau diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Cinta itu belajar.
Belajar memahami, belajar tahu diri, belajar mengasihi, belajar memberi,
belajar menerima, belajar berkata baik, belajar berlaku sopan, belajar hidup
yang mulia, belajar ikhlas, belajar sabar, belajar ikhtiar, belajar tawakal,
belajar bertanggung jawab. Belajar apapun yang tidak dipelajari di kelas-kelas
yang mengajarkan mata pelajaran sampah.
Cinta itu seperti
ilmu. Bila diberikan tidak berkurang justru bertambah. Seorang guru tidak akan
menjadi bodoh bila ia terus mengajar. Justru dari kegiatan mengajar itu ia
menjadi lebih banyak belajar dan menjadi lebih pintar; bila ia ikhlas. Pula halnya
cinta, apabila yang mencintai dengan ikhlas tanpa terjerat nafsu, maka yang
didapati hanyalah bertambah-tambah cintanya, teriring dengan hadirnya ketenangan
batin yang didambanya.
Cinta itu bukan
pada banyaknya pertemuan fisik. Cinta itu ada pada bertemunya satu doa dengan
doa yang lainnya. Tatkala satu sama lain saling mendoakan kebaikan, tanpa ada
satu makhluk pun yang tahu. Saat tunduk pandangan yang menahan mata melihat
keindahan yang bukan haknya. Saat lisan tertahan dari tutur kata yang
menjerumuskan kepada kenistaan. Cinta itu ada pada banyaknya doa dan usaha yang
lebih sering daripada biasanya.
Cinta itu murni. Bila
mereka yang mengaku mencintai justru dirundung gelisah setiap detiknya, berarti
ia bukan sedang jatuh cinta, tapi jatuh nafsu. Sebab cinta itu murni. Sebab murni
itu bersih. Sebab bersih itu menundukkan pandangan. Sebab menundukkan pandangan
itu adalah ketenangan.
Cinta itu sabar. Sabar
bukan hanya terletak pada lamanya menunggu. Merelakan hal yang diinginkan untuk
orang lain, itu lebih tinggi sabarnya. Cinta bukan hanya berani mengambil
kesempatan bersama ketika kesempatan itu hadir, namun cinta juga berlaku
manakala harus mempersilakan yang lebih pantas untuk maju meminang yang
dicintai.
Cintailah cinta. Ada
cinta sebelum cinta. Ada cinta sesudah cinta. Itulah cinta.
Bagian Favorit "Cintailah cinta. Ada cinta sebelum cinta. Ada cinta sesudah cinta. Itulah cinta."
ReplyDeletesubhanallah tambah sukses ya zak
ReplyDelete