zakyzr.com

Thursday, 29 January 2015

Ujian Bagi Sang Rupawan

Impian hanyalah impian.
Aduhai, andai wajahku tampan.
Jadi saingan Sahrul Gunawan.
Menarik hati nan rupawan.
Banyak peluang jadi jutawan.
Senyum gemilang jadi pujaan.
Bersih gagah pujaan para perempuan.

Thursday, 22 January 2015

Kecil nan Menyentil

Ada sebuah filosofi yang sering digunakan dalam penyelesaian masalah. Yakni “selesaikan yang besar dahulu kemudian yang kecil akan mengikuti.” Filosofi ini biasanya digambarkan dengan ember yang harus diisi berbagai material di dalamnya. Adapun material yang tersedia adalah bebatuan berukuran besar, batu-batu berukuran lebih kecil, kerikil, dan pasir. Dengan memasukkan batu yang berukuran besar terlebih dahulu, maka materi-materi yang lain akan mudah dimasukkan. Batu kecil, kerikil, serta pasir akan masuk ke ember dengan melewati celah-celah kecil yang disisakan oleh bebatuan besar tadi. Intinya; utamakan yang besar.

Saturday, 17 January 2015

Beginilah Istiqomah

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushilat: 30).

Thursday, 15 January 2015

Maaf, Saya Izin ya...

“Assalamu’alaykum. Besok rapat di masjid kampus jam 16.00. Harap on time! Sebab ini penting untuk menentukan hidup-matinya dakwah di kampus kita.” Sebuah pesan singkat baru saja masuk ke ponsel Bunga (nama disamarkan). Sejurus kemudian tanpa basa-basi, Bunga membalas pesan tersebut, “Wa’alaykumussalam. Maaf, saya izin...”
            Agaknya tidaklah asing kejadian seperti di atas. Izin tanpa alasan yang jelas. Hal seperti ini biasa terjadi di lingkup organisasi, baik di kampus, sekolah, ataupun organisasi di luar institusi resmi. Seolah-olah memang tidak ada niat untuk hadir, atau memang diniatkan tidak hadir. Namun karena bingung mencari alasan yang logis, atau karena memang sudah terlalu sering meramu alasan, sehingga malu untuk beralasan lagi.

Sunday, 11 January 2015

Agama Baru itu Bernama 'Vaksin'

Tempo hari, tidak sengaja saya melihat komentar di facebook dari status seseorang yang membagikan tautan ceramah seorang ustadz di akunnya. Ada satu komentar yang cukup menggelitik, salah satunya kurang lebih begini (nama disamarkan), “Ustadz Fulan ini pro-vaksin ya?” Atas dasar Ustadz Fulan pro terhadap vaksinasi, kemudian pemilik akun ini tidak mau lagi mendengar taushiah dari sang ustadz. Mungkin baginya beda pandangan terhadap sesuatu, akan mempengaruhi cara beragama seseorang. Ini lucu. Padahal mereka seagama, dan lebih aneh lagi, mereka se-fikrah se-harakah.
            Hal yang membuat saya tercenung adalah, bagaimana mungkin perbedaan pandangan terhadap vaksin sampai menjadikan orang alergi terhadap saudaranya? Baiklah jika memang ia percaya bahwa vaksin itu beracun dan mengandung barang-barang haram. Tetapi apakah vaksin ini menjadi faktor baru dalam perpecahan (satu) agama? Ini harus segera dibenahi.
            Sebelum kita lebih jauh membahas tentang perbedaan ini, ada baiknya kita membicarakan kontroversi vaksin ini. Vaksin mulai digunakan di Indonesia tahun 1956, yaitu untuk imunisasi cacar.[1] Programnya di Indonesia secara gencar dimulai pada medio 1970-an. Sebelum kita lanjutkan lebih jauh, pernahkan terlintas di pikiran Anda, mengapa usia harapan hidup manusia di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya mengalami penurunan yang cukup drastis? Mengapa dewasa ini banyak penyakit-penyakit baru yang relatif aneh bermunculan? Apakah semuanya terjadi secara alami? Para tetua kita usianya panjang-panjang. Penyakitnya relatif biasa-biasa saja, tiada yang aneh. Masih berpikir vaksin ini baik bagi manusia?

Saturday, 10 January 2015

Warna Perjalanan Merajut Pelangi Kehidupan

Lebih dari separuh hidup kita dipenuhi dengan aktivitas bernama ‘perjalanan’. Selain beristirahat, manusia juga butuh dan pasti melakukan perjalanan. Bahkan orang buta sekalipun, mereka juga melakukan perjalanan. Saya beropini demikian didasarkan pada aktivitas saya sendiri. Dalam satu pekan, saya bisa menghabiskan waktu saya di tengah perjalanan. Kendati hanya terbatas di dalam negeri.

Friday, 9 January 2015

Negara Marah-Marah

Saudaraku, pernahkah kau dengar sebuah negara yang pejabatnya hobi marah-marah?
Pernahkah kau lihat ada negara yang pemerintahnya suka menumpahkan darah?
Pernahkah terpikir ada negara yang selain pemerintahnya, semua salah?
Sebuah negeri yang rakyatnya amat gandrung dijajah,
Dan pemimpinnya memiliki rasa tega sebesar gajah.
Tatkala saudaranya tertimpa musibah,
Menterinya malah marah-marah.
Saudaraku, lucunya, keberadaan negeri itu bukan sekadar dongeng berkisah.
Negeri itu memang ada, telah dan bahkan masih dijajah.
Saudaraku, sadarlah...

Wednesday, 7 January 2015

Terserah...


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Kota Thaif merupakan salah satu kota yang masuk dalam catatan sejarah dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Selain menjadi destinasi hijrah, Thaif juga menjadi tujuan dakwah selanjutnya setelah Rasulullah mengalami berbagai tekanan dan tantangan di Makkah.
Alih-alih mendapatkan situasi yang lebih kondusif dan mendukung, tekanan yang didapat Sang Nabi Terakhir di kota ini justru semakin besar. Masyarakat kota Thaif tidak hanya menolak ajakan beliau, mereka juga mengusir bahkan melempari Rasulullah dengan batu hingga terluka bersimbah darah. Rasulullah juga manusia yang memiliki perasaan dan emosi. Namun, di sinilah kita dapat mengambil pelajaran. Tiada perlawanan yang direncakan oleh Rasulullah. Beliau besama Zaid bin Haritsah kemudian menghindar dan bersembunyi di kebun anggur milik salah satu orang kaya di Thaif, Rabiah, yang memiliki anak-anak bernama Uthbah dan Syaibah. Kondisi tubuh Rasulullah sangat parah, dengan banyak sekali luka berdarah memenuhi tubuhnya.
Sejurus kemudian, malaikat[1] menawarkan untuk menghukum masyarakat Thaif karena telah berlaku kejam, dengan menimpakan gunung kepada masyarakat Thaif. Malaikat memang tidak dikaruniai hawa nafsu oleh Allah, namun kali ini kita dapat melihat kejelasan bahwa para nabi memang lebih dimuliakan daripada malaikat. Sikap Rasulullah yang satu ini pun harus diteladani. Serta merta Rasulullah menolak tawaran Malaikat dan melarang Malaikat melakukan hal itu. "Jangan engkau lakukan wahai Malaikat. Mereka memperlakukan aku seperti ini karena mereka belum tahu. Aku harap suatu saat keturunan mereka akan menjadi pengikutku.” Malaikat pun mengurungkan niatnya.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com