Seperti biasa
aku diam tak
bicara
Hanya mampu
pandangi
Bibir tipismu
yang menarik...
Penggalan
lagu Iwan Fals yang hingga kini masih sering saya senandungkan. Lagu ini
sungguh memiliki tempat tersendiri di hati saya; di masa lalu. Mungkin bagian
lirik dua baris terakhir di atas bisa diganti, “hanya mampu pandangi bibir
gubernurmu yang......” (silakan isi sendiri titik-titiknya).
Seharian
ini (Kamis 19/3/15) saya melihat berbagai tautan di media sosial yang semuanya
mengarah pada penayangan video yang kontennya sama, namun hanya redaksinya yang
berbeda-beda. Ternyata video tersebut berisi wawancara seorang gubernur yang
memimpin di Tanah Jawa, tapi sungguh tak memiliki adab layaknya para pemijak Tanah
Jawa. Saya bukan ingin bermain ras, tetapi nyatanya memang gubernur ini
melancong dari tanah seberang hanya untuk numpang hidup sebagai orang gede.
Hebatnya lagi si gubernur ini mendapat tampuk seseran dari gubernur sebelumnya.
Tetapi tingkah polahnya dalam memimpin seolah ingin menyatakan bahwa dunia
miliknya sendiri, yang lain hanya ngontrak. Sedetik pun tiada saya beri
kesempatan bagi lisan ini untuk tidak mengucap istighfar melihat entengnya mulut si gubernur
yang notabene hanya numpang hidup di ibukota.