Inilah tentang sifat yang membuat
seorang beriman gagal masuk surga. Inilah tentang sifat yang banyak
mendatangkan musuh dan mengusir banyak sahabat. Inilah tentang sifat yang
membuat Iblis terusir dari surga-Nya. Inilah tentang sebuah sifat yang
menyemarakkan pertumpahan darah di muka bumi. Inilah tentang sifat yang membuat
orang terkaya sejagat bernama Qarun harus tenggelam ke perut bumi bersama
hartanya. Inilah sifat sombong. Inilah dosa yang paling monumental, dosa yang
paling tua, dan dosa yang amat tidak mudah diidentifikasi.
Ketika
Adam diciptakan untuk diproyeksikan sebagai cikal-bakal pemimpin di muka bumi,
seluruh malaikat bersujud kepadanya atas titah Tuhan. Namun Iblis menolaknya
dengan berdalih, “Aku lebih baik daripada dia. Kau Ciptakan aku dari api,
sedangkan Kau Ciptakan dia dari tanah.”[1]
Sekalipun mendapat penangguhan dari Tuhannya untuk hidup hingga Hari
Kiamat, tetapi kesombongannya mencelakakannya. Kesudahan perjuangan Iblis kelak
akan berujung neraka yang menyala-nyala, dimana tiada nikmat sedikitpun di
dalamnya. Sombong, dosa yang telah dilakukan semenjak Adam diciptakan.
Kesombongan
pula-lah yang membuat putra Nuh[2]
binasa. Alih-alih mengikuti ayah beserta saudaranya ke atas kapal di tengah
banjir besar, dirinya malah jumawa. Dia pikir gunung-gunung tinggi dapat
menyelamatkannya dari banjir. Nahasnya, banjir yang melanda justru lebih tinggi
dan dapat merendam gunung-gunung tinggi sekalipun. Binasalah putra Nuh, dan
seluruh manusia yang mendustakan Nuh akibat kesombongan mereka sendiri.
Kaum
‘Ad juga terperangkap oleh kesombongannya. Sekalipun mereka adalah orang-orang
yang tangguh, bahkan kaum ‘Ad adalah pembangun kota serta gedung-gedung
berteknologi tinggi ketika itu.[3]
Namun kesombongannya ketika menentang Hud untuk menyegerakan azab, justru
dikabulkan oleh Allah. Datanglah awan hitam yang mereka kira sebagai pertanda
datangnya hujan di musim paceklik, sayangnya dugaan mereka salah besar. Itulah
awan pembawa angin dahsyat yang menerbangkan tubuh-tubuh mereka, dan
melemparkan mereka dalam keadaan jungkir-balik, seakan-akan mereka adalah
tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk.[4]
Hadirlah
setelahnya suatu kaum bernama Kaum Tsamud. Kaum ini adalah kaum generasi
lanjutan dari Kaum ‘Ad. Meskipun mereka adalah orang-orang kuat, bahkan
membangun kota dengan memahat tebing-tebing tinggi nan kokoh, mereka juga kaum
yang kualat akibat kesombongan mereka sendiri. Mereka mendustakan Sang Pembawa
Kebenaran yang diutus kepada mereka, yakni Shalih. Unta yang dipercayakan
Shalih kepada mereka, sebagai bentuk rahmat dari Tuhan mereka, justru mereka
sembelih demi kepuasan mereka. Malang nasib mereka, guntur besar yang
memekakkan telinga, mereka semua punah seketika.
Setiap
nabi yang diutus kepada suatu kaum, selalu menemukan satu masalah yang membuat
kaumnya enggan beriman, yakni sombong. Inilah dosa bersejarah yang telah
dilakukan sejak Adam diciptakan. Inilah dosa yang membinasakan kaum-kaum
sebelum kita yang bahkan kekuatan mereka melebihi manusia pada zaman sekarang.
Kekuatan mereka tidak ada apa-apanya ketika telah terbentur sifat sombong.
Sombong
menghadirkan berjuta musuh dan mengusir bermilyar kawan. Sombong menghadirkan
berbagai pikiran busuk dan prasangka tidak baik kepada saudaranya. Sombong
berandil besar dalam membantu pemimpin menindas rakyatnya. Sombong pula-lah
yang membinasakan orang-orang beriman, dan pada akhirnya mereka ditahan di
depan pintu surga. “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya
terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya,
“Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau
menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah
menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)
Salah
satu hal yang dipesankan oleh Luqman al-Hakim kepada anaknya adalah jangan
sombong.[5]
Salah satu hal yang dipesankan Nuh kepada anak-anak keturunannya sebelum ia
meninggalkan dunia adalah jangan sombong. Salah satu hal yang dipesankan oleh
Rasul yang agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para
umatnya adalah jangan sombong. Ketika semua orang bijak berpesan untuk tidak
sombong, adakah kita masih melakukan sifat yang menjadi dosa bersejarah ini? Semoga
kita semua terhindar dari sifat sombong. Semoga tulisan ini ditulis tanpa ada
sifat sombong di dalamnya. Semoga tulisan ini ditulis tanpa ada sifat sombong
di dalamnya. Semoga tulisan ini ditulis tanpa ada sifat sombong di dalamnya.
Tulisannya lezat akh, lanjutkan :)
ReplyDeleteSemoga bermanfaat :)
DeleteMasyaAllah, seluruh tulisan antum sangat bermanfaat mas Zaky. Izin share juga ya.
DeleteMasyaAllah, seluruh tulisan antum sangat bermanfaat mas Zaky. Izin share juga ya.
DeleteKeren jakiii! !
ReplyDelete