“Dan berpeganglah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah dan
janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hati-hatimu, dan dengan nikmat Allah-lah kamu menjadi orang-orang yang
bersaudara.” (QS. Ali
Imran: 103)
Bila para ilmuwan
Barat menganggap nilai kebenaran adalah relatif, bila para atheis menganggap
keberadaan Tuhan hanyalah semu, bila para komunis memastikan bahwa kaum borjuis
dan proletar mustahil bersatu, atau bila sekuleris berpendapat bahwa
pencampuran agama ke dalam politik adalah utopis, maka para islamis haruslah
berbangga pada ajarannya sendiri; yang memiliki nilai tidak relatif, yang
memiliki ajaran sempurna, yang memiliki aturan paripurna. Maka salah satu nilai
yang dewasa ini dianggap utopis, hingga kapanpun takkan pernah dapat dibantah.
Satu nilai itu adalah ukhuwah. Nilai yang bersejarah dan akan terus menyejarah.
Politik bisa saja
menyatukan kawan dan lawan atas satu kepentingan. Pendidikan bisa saja
mempersatukan antara si NU dan si Muhammadiyah hanya karena mereka bersekolah
di sekolah yang sama. Budaya bisa saja menyatukan antara si kaya dan si miskin
oleh sebab mereka dilahirkan di rumpun yang sama, dibesarkan dengan bahasa yang
sama. Namun kesemuanya bersifat tidak pasti dan mungkin saja berubah di
kemudian hari. Bila berbeda kepentingan, semuanya menjadi musuh dalam kancah
politik. Bila telah lulus dari sekolah, si NU dan si Muhammadiyah bisa saja menjadi
musuh dalam bersaing untuk sekadar mengadakan pengajian. Apabila dua orang
lahir dari rumpun yang berbeda, bahasa yang berbeda, siapa yang menjamin mereka
dapat bersatu? Namun ada saja hal yang dapat menyatukan mereka. Itulah ukhuwah.
Itulah nilai yang takkan pernah dapat dibantah.
Kesatuan aqidah
adalah alasan yang mempersatukan mereka. Oleh sebab agama yang sempurna dan
paripurna, maka alasan mereka bersatu pun sempurna dan paripurna. Oleh karena
agama yang memiliki nilai tak terbantahkan, maka persatuan mereka pun memiliki
nilai yang tak terbantahkan. Ukhuwah mempunyai bahasa persatuan. Assalamu’alaykum
adalah salam seluruh umat Islam dari timur hingga ke barat, dari dunia
hingga ke akhirat.
Konflik dan
prasangka seringkali mewarnai kehidupan mereka berdua. Sekalipun mereka
mempunyai hubungan sepupu, namun kenyataannya tidak jarang mereka bergulat di
masa jahiliyah. Dan hubungan kurang akur tersebut berlanjut hingga ke masa
dewasa dan keduanya sama-sama menerima kebenaran Islam. Khalid bin Walid merasakan
lebih dari sekali dicopot dari jabatannya dengan tidak hormat oleh Umar bin
Khaththab. Sejarawan tak bertanggung jawab mengatakan mereka adalah musuh
abadi. Sayangnya, mereka menutup mata terhadap peristiwa detik-detik wafatnya
Khalid. Sembari menunggu malaikat maut menjemputnya, dengan tegas ia mengatakan
kepada sahabat yang menemaninya bahwa sekontroversial apapun keputusan Umar,
tetaplah taat kepadanya. Ada nilai yang tak bisa dibeli dengan uang di antara
mereka. Ada nilai tak terbantahkan yang menghiasi perjalanan hidup Umar dan
Khalid. Itulah ukhuwah; nilai tak terbantah.
Pada ukhuwah
terdapat beberapa tingkatan. Yang paling rendah adalah salamatus shadr
(hati yang bersih). Tingkatan ini adalah sikap kita yang tak berprasangka buruk
terhadap saudara kita. Tingkatan ukhuwah yang tertinggi adalah itsar,
yakni mendahulukan kepentingan saudara kita di atas kepentingan pribadi.
Ketika sampai di Madinah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin ar Rabi’. Dengan senang
hati tanpa ada rasa berat, Sa’ad berkata, “Sesungguhnya aku adalah orang Anshar
yang paling kaya, maka aku akan bagikan untukmu separuh hartaku, dan silakan
kau pilih mana di antara dua istriku yang kau inginkan, maka akan aku lepaskan
dia untuk engkau nikahi. Siapapun akan tercengang mengetahui kisah ini.
Manakala Abdurrahman bin Auf membuat keputusan mengejutkan di tengah lelah
setelah perjalanan jauh Makkah-Madinah dalam keadaan tidak berharta. Ibn Auf
menolak tawaran Sa’ad dan hanya meminta ditunjukkan letak keberadaan pasar
untuk memulai bisnisnya. Tidak ada yang merasa dirugikan. Mereka bersaudara,
dan sebagai saudara mereka pun mengetahui perasaan masing-masing sehingga
enggan melukainya.
Ukhuwah adalah nilai yang tak terbantah. Sebabnya adalah ukhuwah
tidak mengenal kaya atau miskin, tidak mengenal banyak atau sedikitnya ibadah,
bahkan tidak mengenal si pintar dan si bodoh. Nilai ukhuwah ada pada mereka
yang mengerahkan segenap yang dimilikinya untuk kebaikan saudaranya. Nilai ukhuwah,
ada pada mereka yang melihat orang lain jauh lebih membutuhkan daripada dirinya
sendiri. Nilai ukhuwah, ada pada hati yang senantiasa yang berprasangka baik
kepada saudaranya. Nilai ukhuwah, hanya terdapat pada diri pejuang sejati.
Senyum saudaranya adalah kebahagiaannya. Tangis saudaranya adalah kesedihan
baginya. Dan surga saudaranya adalah surganya juga.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling
menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu
anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan
sulit tidur dan demam.” (HR. Muslim).
Jozzz... Inspiratif gan.. (y), Ijin Copas ke blog ane --> trisunaryanto4presiden.blogspot.com :D biar blog ane ada isinya yang lurus-lurus gini :D
ReplyDeleteMonggo, dengan senang hati. Doakan, semoga istiqomah dalam kelurusan :)
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete