Bulan Ramadhan memang ajaib. Ketika datang
masanya, maka kita melihat banyak artis setengah telanjang seketika bergamis
plus berjilbab panjang. Banyak perempuan jahat berbusana akhwat. Banyak perempuan
yang sering tak berjubah, seketika berubah layaknya ustadzah. Banyak lelaki
yang semasa sebelass bulan seolah tak memiliki harga diri, seketika berubah
menjadi paling alim sendiri. Bulan Ramadhan memang ajaib, Bulan Ramadhan bulan
yang kontroversial.
Ketika
kita membicarakan keutamaan di Bulan Ramadhan, sungguh indah bila digapai. Amalan
yang berlipat pahalanya, dosa-dosa yang ditangguhkan adanya, siksa kubur yang
terhenti karenanya, hingga setan-setan yang terbelenggu sebulan penuh lamanya. Umat
beriman, haruslah memanfaatkan momen ini dengan sebaik-baiknya. Tilawah quran
yang lebih panjang dari biasanya. Sajadah yang mulai disarangi oleh laba-laba
karena jarang digunakan untuk shalat malam, kini berubah layaknya permadani
kerajaan. Masjid-masjid yang biasanya sepi hanya berisi manusia-manusia usia
senja nan hanya menunggu habis masa aktifnya di dunia, kini ramai membludak. Bulan
Ramadhan memang bulan perubahan. Bulan Ramadhan bulan yang kontroversial.
Saat
itulah kita melihat rumah kembali kepada kondisi aslinya. Diramaikan oleh sanak
famili yang menjelang maghrib menunggu datangnya waktu berbuka puasa. Masjid di
waktu subuh hingga kembali subuh tetap ramai sebagaimana mestinya. Saat Ramadhan,
seluruh muslim kembali ke masjid. Benar-benar kembali ke masjid. Tidak hanya
shalat dan tilawah quran di masjid, bahkan ketika sela-sela waktu istirahat
kantor, mereka gunakan masjid untuk tidur siang. Jadilah ruang masjid layaknya
tempat menjemur ikan asin di siang hari oleh sebab terhampar manusia-manusia tidur
mengeluarkan suara merdu yang dikenal dengan sebutan “ngorok”. Bulan Ramadhan
memang bulan yang beda. Bulan Ramadhan bulan yang kontroversial.
Pada
Bulan Ramadhan, perut kita yang selama sebelas bulan menyimpan sampah, mendapat
jatah waktu istirahatnya selama sebulan dengan bekerja lebih ringan dari
biasanya. Pedagang-pedagang makanan yang
mandi peluh berjualan di tengah terik matahari, mendapat giliran rehatnya
selama sebulan dan mendapat bonus berkumpul bersama sanak famili di akhir
bulan. Para perantau, terutama mahasiswa yang harus bernegosiasi ketat dengan
dompetnya masing-masing selama sebelas bulan, mendapatkan bonus hemat selama
sebulan. Masjid-masjid membuka pintu lebar-lebar bagi mereka yang hendak
berbuka puasa tanpa dipungut biaya. Siapapun muslim yang rajin marah, harus
berubah agar selalu ramah. Siapapun muslim yang rakus terhadap makanan, harus
merelakan waktu istirahat bagi perutnya. Siapapun muslim yang tinggal berjauhan
dengan keluarganya, akhirnya mendapat kesempatan bercengkerama dengan keluarga
di akhir bulan. Bulan Ramadhan memang bulan yang istimewa. Bulan Ramadhan bulan
yang kontroversial.
Merugilah
bagi siapapun yang tak mencuri kesempatan di bulan yang kontrversial ini. Ketika
kau menjadi seorang pemain sepakbola, dan kau mendapat keuntungan ketika
melihat pemain-pemain lawan seluruhnya diikat dan tak bisa bergerak. Maka apabila
kau gagal menceploskan bola ke gawang lawan, berarti kau menjadi manusia paling
bodoh di dunia. Demikianlah halnya di Bulan Ramadhan. Kau mendapati setan-setan
yang kerap menghalangi amalan-amalanmu dalam sebelas bulan, dibelenggu tak bisa
mengganggumu dalam sebulan penuh. Apabila kau tidak dapat menjadi orang
bertakwa sebagaimana yang difirmankan Allah setelah Ramadhan, atau minimal kau
menjadi pribadi yang lebih baik ketimbang sebelum Ramadhan, maka terimalah
keadaan dirimu yang telah menjadi orang terbodoh di dunia.
Jika
di antara kalian ada yang bertanya, “Setan dibelenggu, tetapi mengapa masih
banyak maling sandal di malam tarawih? Mengapa masih banyak pencabul
merajalela? Mengapa masih banyak muslim tidak berpuasa?” Maka jawabannya adalah
“maka Allah telah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.”[1]
Setiap jiwa diberi dua jalan, maka hanyalah jiwa kita yang tinggal menentukan
satu di antara dua pilihan tersebut. Bila kau masih saja cabul di Bulan
Ramadhan, berarti memang pilihan hidupmu untuk menjadi cabul! Bila kau masih
saja menjadi begal di Bulan Ramadhan, berarti memang pilihan hidupmu menjadi
begal! Tanpa ada setan, kau tetaplah memiliki potensi menjadi jahat, tinggal
kau yang menentukan untuk memilih menjadi baik ataukah menjadi jahat.
Bulan
mana yang lebih kontroversial daripada Ramadhan yang menjanjikan perubahan
sangat signifikan hanya dalam jangka satu bulan? Bulan mana yang lebih
kontroversial ketimbang Ramadhan yang menjanjikan kebaikan meningkat dalam satu
bulan? Bulan mana yang lebih kontroversial daripada Ramadhan yang menjanjikan
kemenangan demi kemenangan setiap harinya?[2] Bulan
mana yang lebih kontroversial daripada Ramadhan yang menjanjikan setiap orang
beriman naik derajat menjadi orang bertakwa hanya dalam satu bulan? Jikalau kau
tak mampu memanfaatkannya dengan baik, berarti kau jauh lebih kontroversial
ketimbang Ramadhan. Jika kau tak mampu melanjutkan konsistensi amalan baik
pasca-Ramadhan, berarti kau jauh lebih kontroversial ketimbang Ramadhan. Sebab amalan
bukan dihitung dari kuantitasnya, namun dihitung dari konsistensinya yang
dinamakan istiqomah. Setelah imanmu dipertanyakan, ada istiqomah yang juga
harus dipertanyakan. Dan salah satu jawabannya berada pada satu bulan bernama
Ramadhan.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari- hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari- hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”[3]
Subhanallah, sebuah tulisan yg menginspirasi jiwa-jiwa yg redup agar terang-benderang kembali.
ReplyDelete