zakyzr.com

Friday, 3 July 2015

Pentingnya Sebuah Pengakuan

Banyak orang bilang, “Jangan melihat seseorang dari agamanya, tetapi lihatlah dari akhlaknya.” Tak sedikit pula yang berkata, “Bunda Theressa, Nelson Mandela, Dalai Lama, dan tokoh non-muslim lainnya itu orang baik. Mana mungkin orang sebaik mereka tidak masuk surga? Allah pasti adil.” Banyak lagi lontaran kalimat-kalimat serupa dengan itu. Namun, benarkah demikian kenyataannya? Abu Thalib, paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam nyatanya tetap diputuskan masuk neraka oleh Allah, sekalipun Abu Thalib adalah salah seorang yang paling gigih membela dan melindungi dakwah Rasulullah. Benarkah Allah tidak adil?

            Dalih para liberalis yang bertebaran adalah menyangkut sebuah ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang Yahudi dan Nasrani dan Shabi'in, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan beramal yang shalih, maka untuk mereka adalah ganjaran di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berduka-cita.[1] Pendapat kaum liberal bahwa asalkan Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Shabi’in[2] beriman dan beramal shalih, maka mereka akan tetap mendapat pahala dan masuk surga. Padahal tidaklah seperti itu maknanya. Sebelum kita membahas ayat ini, ada beberapa ayat yang perlu kita sorot untuk membantah tafsiran liberalis terhadap ayat tersebut. Salah satunya, Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”[3] Ayat ini menerangkan tentang amal. Bahwa amal shalih hanya daapt dilakukan ketika seseorang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
            Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi memaparkan tentang ayat 62 QS. Al-Baqarah adalah menerangkan bahwasanya setiap orang beriman tidak terikat oleh penyebutan atau pelabelan.[4] Namun, substansi dari orang yang beriman adalah kepercayaannya terhadap Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan Qadha dan Qadr. Adapun ayat itu memang berkaitan dengan dakwah Islam kepada orang Yahudi. Dalam rangka ta’liful qulub (pelunakan hati) ketika berdakwah, maka kaidah ini diperbolehkan. Akan tetapi, dalam rangka syiar kepada kaum muslim, hal ini –yakni pendapat bahwa yang penting substansi beriman, bukan pelabelannya- tidak dapat dijadikan tolok ukur. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa orang Yahudi, Nasrani, dan Shabi’in disejajarkan derajatnya dengan orang yang beriman, karena disebut bersamaan dalam ayat tersebut. Pendapat ini juga serta-merta tertolak. Sebab sudah menjadi kebiasaan bahasa dalam Al-Qur’an yang menyebutkan orang beriman di awal ayat-ayat yang menyebutkan tentang perbuatan baik. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan keunggulan orang beriman di atas segala kaum.[5]
            Ini hanya salah satu pendapat dari seorang ulama untuk membantah pendapat yang mengatakan bahwa orang kafir tetap mendapat pahala dan masuk surga. Bantahan terhadap pendapat tersebut akan semakin kuat, manakala kita menilik ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga (Trinitas).”[6] Jelas sekali ayat ini mengatakan bahwa penganut konsep Trinitas yang dipunggawai kaum Kristen ataupun yang lebih parah lagi menuhankan banyak dewa adalah kafir. Dan amalan orang-orang kafir jelas tertolak.
            Tertolaknya amalan orang kafir layaknya debu yang tertiup angin. Dan inilah yang ditegaskan Allah jalla jallaluhu dalam Al-Qur’an, “Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.”[7] Maka telah jelas terbantah pendapat orang-orang liberal yang bersikukuh menyebutkan orang-orang selain Islam tetap mendapatkan pahala dan masuk surga oleh sebab keadilan Allah yang tidak mungkin mencampakkan hamba-Nya yang baik ke neraka.
            Mari kita munculkan lagi pertanyaan di awal paragraf, “Benarkah Allah tidak adil?”. Hanya karena Allah mencampakkan orang-orang yang berbuat baik ke neraka, tidak lantas hal tersebut melegitimasi ketidakadilan Allah. Apabila saya tanya, “Mengapa Malin Kundang dikutuk jadi batu oleh ibunya? Padahal Malin Kundang dikenal baik secara sosial dan baik pula kepada istrinya.” Tepat sekali! Malin Kundang dikutuk jadi batu karena tidak mengakui ibu kandungnya sendiri. Bukan masalah berbuat baik atau tidak, tetapi ini masalah pengakuan. Malin dibesarkan oleh ibu kandungnya, ketika beranjak dewasa Malin merantau dan menjadi orang sukses. Ketika kembali ke rumah dan melihat ibunya yang berpenampilan kampungan, Malin gengsi mengakui bahwa beliau adalah ibu kandungnya. Sekalipun ini hanya sekadar mitos dari urban legend, setidaknya hal ini tidak jauh berbeda dengan kaum Yahudi atau Nasrani yang gengsi menganggap Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai rasul terakhir yang harus diimani dengan alasan sederhana; Muhammad bukan dari kalangan Bani Israil! Silakan Anda coba sendiri untuk membuktikan. Sampaikan kepada orang tua Anda, bahwa mereka bukanlah orang tua kandung Anda. Beranikah Anda? Atau kalaupun berani, masihkah Anda mau menikmati hasil jerih payah orang tua Anda? Atau relakah orang tua Anda tetap mengasihi dan menyayangi Anda meskipun sudah tahu bahwa Anda durhaka kepada mereka? Impossible! Inilah makna sakral dari sebuah pengakuan.
            Demikianlah halnya alasan mengapa Allah tetap memasukkan orang kafir yang berbudi baik ke neraka. Mereka meniadakan pengakuan bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad adalah rasul terakhir yang wajib diimani. Tidaklah pantas bagi mereka menikmati surga Allah apabila mereka tidak menganggap Allah sebagaimana seharusnya. Maka dari itu, harus ditegaskan kembali bahwa sebuah pengakuan itu penting. Maka terjawablah pertanyaan terhadap sebuah hadis, “Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, “Barangsiapa menaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga.”[8]
            Pengakuan adalah sesuatu yang sakral dalam Islam. Syahadat adalah pengakuan kita bahwasanya tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Setelah pernyataan tersebut, ada amalan-amalan wajib sebagai konsekuensi dari pengakuan dan itu semua harus dijalankan. Setelah ini, seharusnya tidak ada lagi yang mempertanyakan keadilan Allah menyangkut surga dan neraka. Tulisan ini bukanlah mencampuri hak Allah dalam menilai iman seseorang atau menentukan seseorang masuk surga atau tidak. Tulisan ini hanyalah menjelaskan apa yang telah Allah gariskan. Nyatanya banyak sekali manusia yang tidak mampu melihat dengan jelas garis-garis Allah. Atau parahnya lagi, mereka memang enggan melihatnya oleh karena gengsi ataupun harta dunia. “Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”[9]




[1] Al-Baqarah (2): 62
[2] Kaum pagan, atau penyembah bintang-bintang dan dewa-dewa
[3] Al-Kahfi (18): 103-104
[4] Abu Bakar Jazir al-Jazairi. Tafsir al-Aisar Juz 1. (Jakarta: Darus Sunnah). 2008. Hlm.125.
[5] Fahmi Salim. Tafsir Sesat. (Depok: Gema Insani). 2013.
[6] Al-Maidah (5): 72-73
[7] Ibrahim (14): 18
[8] HR. Bukhari
[9] Thaha (20): 123

0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com