“Dan siapkanlah
untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dari kuda-kuda
yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah dan musuhmu serta orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya, sedangkan Allah Mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan di
jalan Allah niscaya dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).” (QS.
Al-Anfaal: 60).
Hari
ini, kita melihat banyak sekali kemaksiatan hampir setiap kita melangkah keluar
rumah. Bahkan dengan hanya duduk di rumah pun kita dapat melihat kemaksiatan.
Anehnya kemaksiatan ini ada yang memfasilitasi dan konsumennya rela membayar
untuk itu. Media-media yang semakin mudah kita akses mulai dari media cetak,
televisi, hingga yang paling mudah kita akses, yakni internet. Sedemikian
mudahnya bagi siapapun di era sekarang untuk menikmati panggung kemaksiatan
tanpa gangguan dari pihak manapun.
Hari
ini, kita melihat banyak sekali racun-racun dan virus-virus yang menjangkiti
umat Islam, khususnya bagi para remaja dan anak-anak. Bahkan orang tua pun
terkena virus tersebut. Hingga apabila kita tidak waspada terhadap racun dan
virus tersebut, kita pun harus rela menjadi korbannya yang kesekian. Racun-racun
dan virus itu bukanlah menjangkiti jasmani kita, tetapi juga pikiran hingga
rohani kita. Paham liberalisme dan isme-isme lain yang sama bahayanya, telah
merasuki relung-relung kehidupan masyarakat muslim dewasa ini. Bahkan mereka
memasuki peredaran darah masyarakat, hingga bersemayam di sekolah-sekolah dan
kampus-kampus ternama. Anak-anak, saudara-saudara kita, mereka berada di sana
dan terancam oleh virus-virus paham berbahaya tanpa mereka sadari. Apabila kita
tidak waspada dan mengingatkan mereka, maka mereka akan menjadi musuh kita dan
musuh Allah di kemudian hari. “Wahai orang-orang beriman! Sesungguhnya di
antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah terhadap mereka!” (QS. At-Taghabun: 14).
Hari
ini, kita melihat saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Thailand, Myanmar,
dan negeri-negeri lainnya yang terdapat muslim tertindas di sana. Mereka seakan
tidak lagi memiliki harapan untuk dibantu. Yang ada dalam benak mereka hanyalah
melawan kezaliman semampu mereka. Usaha yang tak kenal lelah, doa yang tak
pernah putus menjadi senjata andalan mereka melawan musuh-musuh Allah. Hanya
itu yang dapat mereka kerahkan. Satu hal yang mereka pahami; bahwa Allah itu
dekat, dan pertolongan Allah akan selalu datang kapanpun dan dimanapun.
Hari
ini, penggembosan terhadap generasi penerus bangsa terus digencarkan.
Pornografi, narkoba, kekerasan, dan pelecehan seksual seakan tiada habisnya.
Narkoba meraibkan masa depan generasi penerus bangsa. Mereka menjadi orang-orang
yang berjalan tanpa arah. Pornografi merusak pikiran dan moral para pemuda,
bahkan anak-anak. Mereka tak dapat berkonsentrasi dan berpikiran dengan jernih
disebabkan adegan-adegan yang seharusnya tak mereka lihat terus menghantui
pikiran-pikiran polos mereka. Belum lagi pelecehan seksual di masa kanak-kanak
dan remaja yang mengubah orientasi seksual mereka ketika dewasa. Sehingga
melakukan dan menghalalkan penyimpangan yang berabad-abad lalu telah dilakukan
oleh kaum Nabi Luth ‘alaihissalam.
Hari
ini, jurang menganga di depan mata kita. Konspirasi internasional yang
menggurita telah melilit bangsa kita dan mendorongnya menuju jurang tersebut.
Lilitan utang yang justru semakin ingin dibudayakan oleh pemegang kekuasaan,
watak rakus para birokrat, dan jajaran penegak hukum yang menghapus kata ‘adil’
dalam kamus mereka semakin menjadikan bangsa ini demikian terpuruk. Hampir di
setiap lini bangsa ini digembosi. Lini ekonomi, lini hukum, lini olahraga, lini
informasi dan teknologi, hingga lini kebebasan berpendapat mulai dikungkung di
negeri ini. Sayang sekali hanya segelintir warga negara yang sadar akan hal
ini. Dari beberapa yang sadar, hanya segelintir yang mau bergerak memerhatikan.
Dari sekian yang bergerak memerhatikan, hanya segelintir yang bergerak untuk
mengubahnya ke arah yang lebih baik. Hanya segelintir, dan entah kita berada
pada posisi yang mana.
Hari
ini, kemalaratan menjadi hal yang lumrah di negeri kita. Padahal tak
dipungkiri, orang bilang tanah kita tanah surga. Bahkan menanam tongkat kayu saja
dapat menjadi tanaman yang menghasilkan sesuatu untuk dikonsumsi dan nyatanya
baik untuk kesehatan. Namun sayang seribu sayang, kemiskinan seolah enggan
angkat kaki dari tanah negeri ini. Entah siapa yang salah, karena hingga detik
ini pun kita mendapatkan hampir semua pihak saling menyalahkan. Sedikit sekali
yang mengajak duduk bersama dan menyelesaikannya secara perlahan. Paradigma
“yang penting saya dan anak-cucu saya sejahtera” membuat negeri ini makin
terpuruk dan jatuh miskin walau dikelilingi oleh emas dan berlian.
Hari
ini, apa yang akan kita lakukan? Kita tahu media-media mainstream menawarkan
racun kenikmatan dunia dan memberikan berita-berita yang di luar nalar
obyektif. Akan tetapi kita hanya pasrah pada keadaan, sambil membiarkan
anak-anak kita menikmati tontonan-tontonan hasil karya zionis yang mendidik
mereka menjadi teroris sesungguhnya. Kita mungkin akan beralih pada media-media
yang berafiliasi kepada Islam, akan tetapi hal itu terkadang membuat kita tidak
berimbang dan serampangan menuduh siapapun yang memiliki pikiran berbeda dengan
kita sebagai musuh dan tak dapat dipercaya.
Hari
ini, kita apa yang akan kita lakukan? Kita memang memahami virus liberalisme
itu berbahaya, tetapi kita hanya bisa mengutuknya dan memaki-memaki antek-antek
liberal dengan sebutan-sebutan yang tidak manusiawi. Padahal Islam mengajarkan
kita untuk duduk berdiskusi untuk menggapai kata mufakat. Padahal Islam
mengajarkan kita untuk membalas suatu hal dengan suatu hal yang setimpal,
membalas karya dengan karya, tulisan dengan tulisan, film dengan film, A dengan
A, B dengan B, hingga Z dengan Z. Islam tidak mengajarkan membalas pendapat
dengan cemoohan, karya dengan cibiran, tulisan dengan hinaan, film dengan
sumpah serapah, A dengan C, B dengan D, atau Z dengan S. Tidak sama sekali!
Hari
ini, apa yang akan kita lakukan? Duduk diam mendengarkan segala berita tersebut
dan hanya berucap “prihatin” tanpa melakukan apa-apa? Kita seringkali menonton
wajah korban perang di Palestina, Suriah, dan negeri-negeri konflik dimana umat
Islam menjadi sasaran kezaliman dengan tangis kesedihan sembari mengutuk rezim
kezaliman dengan sumpah serapah. Tetapi setelah tontonan tersebut usai, kita
bisa dapat melupakannya dan tertawa gembira lagi bersama sanak-famili dan
kolega. Kita makan makanan bergizi, meminum minuman segar tanpa mengingat
saudara kita yang harus memakan sampah dan minum air seni sendiri.
Hari
ini, seharusnya kita bisa melakukan sesuatu. Apapun itu, yang penting memberi
kemajuan meskipun hanya sejengkal. Persiapkan apapun yang dapat kita persiapkan
untuk menghadapi musuh-musuh kita demi kejayaan Islam. Mungkin smartphone yang
kita genggam, laptop yang berdiam di meja kerja kita, uang yang mengendap di
tabungan kita, perabot rumah tangga, hingga diri kita sendiri. Apapun yang kita
miliki, gunakanlah untuk kemajuan agama. Berbuatlah sekecil apapun, mulai saat
ini, mulai dari diri sendiri.
“Hai
orang-orang beruman, maukah kau kutunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shaff: 10-11).
0 comments:
Post a Comment