Sekejap saja muncul berita-berita
bersliweran di pelbagai macam media. Menariknya, saya menandai ada dua topik
besar yang hangat diperbincangkan di antara berita-berita tersebut. Topik
pertama adalah –apalagi kalau bukan- ajakan untuk menikah muda. Topik kedua
–dan ini yang menurut saya menarik karena cenderung ilmiah- adalah bagaimana
kecerdasan Alvin dapat mematahkan logika Larissa beserta ayah dan neneknya
untuk memeluk Islam. Kedua topik ini berkaitan dengan masalah peradaban, namun
jangan heran kalau hanya topik pertama yang terus-menerus diangkat dan
dielu-elukan. Terlebih di negeri kurang kasih sayang ini, topik cinta-cintaan
selalu laris di pasaran. Berapa banyak novel bernafaskan cinta dan nikah muda,
pun berapa banyak film bertemakan cinta, tak terkecuali Film Tausiyah Cinta.
Bahasan cinta, apalagi nikah muda, sudah kadung menjangkiti hati dan pikiran
para aktivis muslim yang tanpa sadar hidupnya diarahkan oleh politik. Kini,
coba Anda klasifikasikan, lebih banyak mana antara aktivis yang menyukai bacaan
dan bahasan cinta-cintaan dengan aktivis yang menyukai bahasan berat soal kenegaraan
dan pergerakan. Kalau penasaran, cobalah Anda hitung berapa banyak yang hadir
pada seminar nasional ketahanan bangsa dan seberapa sering frekuensi
diadakannya, kemudian bandingkan dengan hadhirin wal hadhirat seminar
nasional pra-nikah membangun keluarga sakinah penuh inspirasi tak menjemukan
diri juga jangan lupa hitung seberapa sering frekuensi diadakannya seminar
sejenis. Sama atau beda? Kalau beda, lebih banyak yang mana?
Jikalau agama saya membolehkan
bertaruh, saya akan jadi kaya raya karena menebak lebih banyak dan lebih sering
yang disebut kedua ketimbang yang pertama. Mengapa? Saya tertarik ketika Alvin
Faiz bertanya kepada wartawan dalam tayangan berita selebriti –sumpah, hanya
sekadar lewat, saya tidak benar-benar menontonnya-, “Mengapa anak muda pada
pacaran?” kemudian ia menjawabnya sendiri, “Karena itu fitrah. Fitrahnya
manusia butuh pasangan.” Saya angkat topi dengan pernyataan ini. Karena
anak sekecil itu tidak berkelahi dengan waktu, ya memang karena tidak
berlama-lama ia membujang, dan anak kecil yang berkelahi dengan waktu hanyalah
si Budi dalam lagunya Iwan Fals. Alvin di usianya yang belum menginjak kepala
dua sudah bisa bijak untuk tidak menghujat para bujang yang perlahan menua
karena menunda pernikahan. Alvin lebih memilih untuk mengatakan bahwa fitrahnya
manusia itu butuh pasangan. You’re my man!
Dus, mengapa tema cinta-cintaan dan
nikah-nikahan lebih diminati ketimbang tema lainnya? Karena memang fitrah.
Cinta itu fitrah, manusia butuh kasih sayang dan penyaluran hasrat seksual.
Bahkan al-Qur’an pun sampai menggunakan bahasa “mereka adalah pakaian bagi
kalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka”. Kata “pakaian” memang
harus ditebalkan agar jelas penekanannya. Ini bukan perkara mudah, karena
pakaian adalah kebutuhan primer kita, bahkan seringkali lebih dibutuhkan
daripada makanan. Pilih mana antara puasa seharian di pesta makan dengan
telanjang seharian di muka umum? Kalau orang waras pasti memilih yang pertama.
Tetapi berita tentang pernikahan muda acapkali tidak hanya berhenti di bahasan
fitrah manusia, melainkan jauh daripada itu. Bahasan yang diangkat adalah keutamaan
menikah muda, mengapa menunda pernikahan, mengapa tidak berani berikan
kepastian, mengapa modus sana-sini yang akhirnya semua bahasan tersebut
mengarah kepada lelaki atau bahasa kerennya ‘ikhwan’ yang memang selalu salah
sepanjang masa.
Saya sengaja menulis ini sekarang,
ketika status saya masih bujangan. Karena jika saya menulisnya ketika sudah
menikah, mungkin emosi saya ketika menulis tidak lagi menggebu-menggebu. Bukan,
saya sama sekali bukan sedang membela diri atau berdalih menunda menikah. Kalau
memang bisa, saya akan menikah sebelum usia saya menginjak kepala dua. Tetapi
jodoh adalah masalah takdir, dan takdir semacam ini bukan takdir yang bisa kita
ubah seenak jidat. Takdir semodel ini murni Tuhan yang menetapkan tanpa
bisa diganggu-gugat. Maka apapun yang kita usahakan, kalau belum waktunya pasti
tertolak juga, meskipun tidak ada usaha yang sia-sia.
Bahasan pertama, dan ini yang
paling sering muncul, adalah ‘menikah itu nikmat’. Buku-buku, kajian-kajian,
seminar-seminar, atau apapun tentang pernikahan yang islami selalu memunculkan
bahasan ini. Menikah itu nikmat. Tidak ada kerugian yang kita dapatkan apabila
kita menikah. Seolah-olah perjuangan hidup, perjuangan cinta, juga perjuangan
melawan kemalasan kita selesai setelah menikah. Seolah-olah pernikahan adalah
jaminan surga yang tidak dapat ditawar lagi. Bahasan kedua, hukum
menikah itu ada lima, bukan hanya satu. Di antaranya wajib, sunnah, mubah, makruh,
dan haram. Pada bahasan ini banyak yang mengacu kepada hadits “Wahai para pemuda!
Barangsiapa di antara kalian memiliki ba’ah, maka meniukahlah, karena yang
demikian itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa
tidak mampu, maka hendaklah dia puasa, karena (puasa) itu menahan nafsu
baginya.”[1]
Sayangnya banyak yang memaknai hadits ini secara serampangan. Para ulama
memang berbeda pendapat menyoal “ba’ah”. Sebagian mengatakan maknanya
adalah kemampuan berjima’. Di zaman para ulama dahulu, memang dapat dikatakan
cukup bila mampu bersetubuh, karena para bujangan justru akan dikayakan oleh
pemerintah agar dapat membina rumah tangga. Tetapi di masa sekarang, pendapat
beberapa ulama, termasuk Imam an-Nawawi lebih rasional, yakni maknanya adalah beban
(al-mu’nah dan jamaknya mu’an) pernikahan. Imam Nawawi dalam Syarh Sahih
Muslim Juz IX/173 ketika menjelaskan makna ba’ah, beliau mengutip
pendapat Qadhi Iyadh, menurut bahasa yang fasih, makna ba’ah adalah
bentukan dari kata al-maba’ah yaitu rumah atau tempat, di antaranya maba’ah
unta yaitu tempat tinggal (kandang) unta. Kemudian mengapa akad nikah disebut ba’ah,
karena siapa yang menikahi seorang wanita maka ia akan menempatkannya di rumah.
Selain itu, Asy-Syaukani dalam Naylu Al-Awthar Juz VI/229 juga menukil
pendapat Qadhi Iyadh, bahwa maksud kata mampu yang kedua “siapa yang tidak
mampu menikah” adalah tidak mampu menikah karena sedikitnya kemampuan
menanggung beban-beban pernikahan dan karena kekurangan dalam bersetubuh, maka
baginya berpuasa. Oleh sebab itu, hukum menikah tidak hanya satu, tergantung
situasi dan kondisi. Maka, yang paling mengetahui bahwa seseorang sudah wajib
atau masih dalam tahap sunnah, atau bahkan haram menikah adalah orang itu
sendiri. Bukan hak manusia manapun menentukan hukum bagi orang tersebut selain
orang itu sendiri.
Pada era modern seperti sekarang,
beban pernikahan tidak hanya mencakup satu-dua poin saja, tetapi mulai menumpuk
layaknya pakaian siap cuci di laundry. Berhentilah menyalahkan zaman.
Berhentilah mengejek bujang takut miskin. Berhentilah menyalahkan orang tua
yang jual mahal untuk anak gadisnya. Berhentilah menghina para ‘cewe matre’.
Karena semua itu tidak menyelesaikan masalah. Secara logika, memang harta bukan
segalanya. Tetapi coba bandingkan, lebih nikmat mana menangis di dalam mobil
ber-AC dibandingkan menangis di dalam bajaj yang super bising? Ini memang bukan
soal harta, tetapi masalah meyakinkan beberapa individu. Baiklah si bujang siap
menikah, si gadis siap dipinang, tetapi apakah semua orang tua yang memiliki
anak gadis di dunia ini berpikiran harta bukanlah segalanya? Baiklah si bujang
siap menikah, si gadis siap dipinang, orang tua si gadis terima apa adanya,
tetapi keluarga si bujang belum sreg dengan calon besannya, atau belum sreg
melepas anak bujangnya sekalipun telah menunjukkan gelagat mandiri.
Bukankah lelaki tidak butuh wali? Benar. Tetapi jangan lupa, menikah bukan
hanya pertautan antara si bujang dengan gadis, tetapi juga ‘perkawinan’ bagi
dua keluarga. Jangan harap hidup bahagia bila ridho orang tua belum diraih.
Apabila kita membuka karya para
ulama tentang fiqh munakahat, menikah adalah perkara besar yang sekilas
rumit. Barangkali itulah yang membuat para ulama sekelas Imam Bukhari –kabarnya beliau sudah menikah,
kemudian istrinya wafat lalu memilih membujang-, Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi, hingga Sayyid Quthb memilih berlama-lama membujang demi menuntut ilmu,
mengingat butuh banyak ilmu yang harus dipersiapkan untuk menikah. Toh takdir
menggariskan mereka memang tidak berjodoh dengan siapapun di dunia, tetapi jodoh
di surga jauh lebih pantas bagi mereka. Ini prinsip, mana mungkin kita berani
mencibir mereka karena memilih menjomblo? Jelas kualitas kita amat jauh di
bawah mereka. Tetapi bukan berarti kita punya hak untuk leluasa menekan kawan-kawan
yang menunda pernikahan karena tanggung menyelesaikan studinya. Rusaknya lagi,
para aktivis muslim yang lebih sering disapa “akhi” dan “ukhti” dalam
kesehariannya mudah tergiur disebabkan foto-foto mesra para pasangan muda yang
bertebaran di media sosial. Ini salah siapa? Ah, tidak ada asap jika tidak ada
api. Mohon para pasutri muda yang bijaksana, jangan memulai. Kalian bukan lagi
anak SMA yang harus mengekspos kegiatan mesranya di media sosial. Itu sungguh
kekanak-kanakan. Alangkah mulia apabila kalian menyimpan kemesraan di kamar
peraduan.
Sekali lagi, saya bukan sedang
membela diri karena belum –kunjung- menikah, tetapi hanya ingin menyampaikan
kepada khalayak bahwa tidak semua bujangan memiliki masalah yang sama soal
menunda menikah, dan tidak semua bujangan menunda menikah hanya karena takut
miskin. Ada banyak faktor yang membuat mereka belum menikah, dan seringkali
faktor-faktor tersebut bukanlah konsumsi publik. Tujuan saya menulis ini adalah
agar para suami ataupun istri memiliki jiwa solidaritas yang tinggi agar
berhenti –atau setidaknya mengurangi- bahasan-bahasan yang menyerang para
jomblo. Kalau memang bullyan bertujuan untuk memberi semangat, berilah
semangat dengan cara yang baik. Bukan main kompor-komporan. Percayalah, mereka
semua sama seperti kalian, ingin segera menikah, ingin segera melanjutkan keturunan,
ingin segera menggenapkan separuh agamanya. Hanya saja nasib mereka tidak
sebaik kalian. Mungkin mereka harus menanggung beban hidup keluarganya, mungkin
mereka terhalang karena baktinya kepada ilmu, mungkin mereka sedang berjuang
meyakinkan pihak keluarga mereka sendiri, atau mungkin mereka masih syok karena
incarannya kadung dinikahi orang lain, dan ini yang paling sakit.
Terakhir, ingat bunyi awal ayat
surah al-Baqarah ayat ke-256? Ya, Laa ikraaha fi ad-diin. Para ulama
tafsir termasuk Ibnu Katsir menafsirkan bahwa maknanya adalah tidak ada paksaan
untuk masuk ke dalam agama Islam. Bila dilihat dari keumuman ayat, makna ayat
ini termasuk pula tidak ada paksaan untuk menjalankan syari’at Islam. Karena qad
tabayyana ar-rusydu min al-ghay. Sudah jelas mana jalan yang benar dan mana
jalan yang sesat. Orang beriman yang sehat akalnya pasti berjalan di atas jalan
yang benar. Lagi-lagi, percayalah. Para jomblo yang beriman dan berakal sehat
sesungguhnya tidak ingin menunda pernikahan, tetapi masalah mereka memang
beragam. Maka bersolidaritaslah, wahai para manusia yang telah menikah.
tak ada satu katapun yang saya loncati... dan finally, saya setuju dengan tulisannya. dan besok lusa saya akan bahas topik ini di blogg saya.tp dr sisi perempuan..
ReplyDeleteDitunggu. Saya mau baca :)
Deletekami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T
Deletedan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
berikan 4 angka 2517 alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI bagi saudara yang suka main togel
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi AKI SOLEH,,di no CLL (((082-313-336-747)))
insya allah anda bisa seperti Saya menang togel 689
juta, wassalam.
dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....
Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1"Dikejar-kejar hutang
2"Selaluh kalah dalam bermain togel
3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel
4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..
Solusi yang tepat jangan anda putus asah....AKI SOLEH akan membantu
anda semua dengan Angka ritwal/GHOIB:
butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: AKI SOLEH DI NO: CLL (((082-313-336-747)))
KLIK DISINI >>> BOCORAN TOGEL HARI INI <<<
angka GHOIB: singapur 2D/3D/4D/
angka GHOIB: hongkong 2D/3D/4D/
angka GHOIB; malaysia
angka GHOIB; toto magnum 4D/5D/6D/
angka GHOIB; laos
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMantap Zek.. ente mbela yg ente teg d fb ...
ReplyDeleteSaya hanya membela agama Allah! :p
DeleteMas zaky this is cool! Kalo boleh saran tulisan ini bagus dikembangkan dlm bentuk buku.. Dengan sudut pandang seperti dlm tulisan ini; jomblo yang cintanya berkelas di mata Allah dan punya cara mencintai yg elegan.
ReplyDeleteMakasih dibilang cool #lah
DeleteNanti deh kalau buku nunggu diriku sudah menikah ya hehe
Mantafff mas (y)
ReplyDeleteMas.. gak tahu wes mau komen apa. Yg jelas luar biasa. Keren mas. Tulisannya. Hehe. Sesepuluh wes, udah lebih dri setuju.
ReplyDeleteSemoga antum segera menikah. Biar bisa baca bukunya yang bahas beginian wkwkw. Zak zak, ini postingannya membela jomblo banget haha
ReplyDeleteSaya masih belum mengerti apa yang mengharuskan menikah diutamakan,
ReplyDeleteBahasan tentang itu ada di buku Jangan Berdakwah Nanti Masuk Surga
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteBagaimana cara memesan bukunya mas
DeleteHubungi 085694342424
DeleteMantap, keren....
ReplyDeleteNah, bahasannya keren nih.. Semoga cepat dipertemukan dengan kekasih halalnya ya, kak ^^v
ReplyDelete#Izin share ya kak
Menikah itu sunnah rasul dan bukan perkara gampang, tidak harus muda.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletekeren mas zaky 👍👍 mantab... saya juga capek lihat foto2 pelaku nikah muda di sosmed saya yg tiap hari 😁😁😁
ReplyDeleteHal ini sangat bermanfaat sekali gan, salam kenal dan salam sukses selalu ya gan...amin... ijin berbagi juga ya gan, tentang, Cara Modifikasi Motor Honda Beat Dengan Konsep Drag dan Tanpa Bore Up, koranotomotif.com, terimakasih...
ReplyDeleteAlways apik wes pokoke tulisan kak zaky mah....
ReplyDeleteBy the way kak zaky masuk golongan yang mana yah?
Belum ketemu jodoh kah? Atau jomblo yg mengabdi pada ilmu? Atau malah ditinggal nikah? :P (peace ye kaak...)
Bukan ketiganya
DeleteBahasa nya mudah dipahami, mengalir lembut bagai air.... .
ReplyDeleteSaya setuju dengan pendapat kak Zakly. Ditunggu tulisan2 selanjutnya.
Bahasa nya mudah dipahami, mengalir lembut bagai air.... .
ReplyDeleteSaya setuju dengan pendapat kak Zakly. Ditunggu tulisan2 selanjutnya.